Pemakaian Minyak Pelumas dan Bahan Baku Pelumas Terbaharukan Sebagai Solusi Konservasi Energi Migas
Pemakaian Minyak Pelumas dan Bahan
Baku Pelumas Terbaharukan Sebagai Solusi Konservasi Energi Migas
Dias Eka Purnama
Teknik Mesin, Institut Teknologi
Kalimantan
ABSTRAK
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pembuatan
karya tulis ilmiah ini dilatarbelakangi oleh besarnya angka konsumsi minyak
pelumas dan juga untuk mencari sumber bahan utama minyak pelumas yang dapat
diperbaharukan.
1.2 Tujuan
Besarnya
angka konsumsi minyak pelumas memberikan dampak pada pertambangan minyak yanga
ada. Selain memberikan untung kepada perusahaan, ancaman akan kehabisan sumber
daya juga turut menghantui. Kelangkaan bisa saja terjadi di masa mendatang,
sehingga perlu ditemukannya solusi atas masalah tersebut.
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
2.1
Minyak Sebagai Pelumas
Pelumas
dibuat dengan mencampurkan base oil
dengan zat aditif. Base oil merupakan bahan dasar berupa minyak mentah yang
mengandung Parraffinic (HVI), Naphthenic (MVI), dan Aromatic (HVI). Sedangkan
penambahan zat aditif bertujuan untuk meningkatkan performa, ketahanan, dan
perlindungan minyak pelumas.
2.2
Klasifikasi Minyak Pelumas
Minyak pelumas
digunakan pada berbagai macam kegiata kerja dan proses. Minyak pelumas
digunakan untuk pelumasan mesin, transmisi, roda gigi, dan industri. Perbedaan
pada penggunaan minyak pelumas tersebut dikarenakan kebutuhan pada proses
pekerjaan yang berbeda pula.
2.3 Konsumsi Minyak di Indonesia
Industri minyak dan
gas, baik di Indonesia maupun secara global, mengalami guncangan yang drastis.
Situasi ekonomi politik global dipercaya
memberi dampak pada harga minyak bumi. Tercatat bahwa sejak pertengahan tahun
2008 harga minyak mencapai US$ 145 per barrel, harga minyak jatuh lebih dari
70% dan berakhir di tahun 2008 pada harga US$ 40 per barrel diikuti krisis
ekonomi global. Investasi pada industri minyak dan gas di Indonesia mencapai
US$ 20 billion pada tahun 2016 dan diperkirakan akan mencapai US$ 26.8 billion
pada tahun 2017.
Pada tahun 2017,
pemerintah tidak terlihat optimis dengan kontribusi minyak dan gas dengan
hanya menargetkan sebesar 3.7%.
Indonesia aktif pada sektor minyak dan gas selama kurang lebih 130 tahun dan
menjadi urutan ke 20 negara penghasil minyak terbesar di dunia. Penurunan
produksi minyak dan peningkatan konsumsi menjadikan Indonesia sebagai negara
pengimport minyak semenjak tahun 2004. Berikut tabel produksi dan konsumsi
minyak di Indonesia.
2.4 Pencarian Bahan Bakar Terbaharukan (Renewable Energy)
Sekitar 5-10 triliun
ton dari minyak oleochemical masuk setiap tahunnya, sekitar 40% datang dari
industri dan pembuangan, pembuangan pemukiman, proses pemurnian, dan kondensasi
dari gas buang mesin pantai. Oleochemical atau yang lebih dikenal sebagai
minyak sayur/ vegetable oil sekarang biasanya digunakan sebagai bahan
pelumas pengganti minyak bumi. Minyak zaitun digunakan sebagai pelumas sejak
tahun 1650 SM. Minyak didapatkan dari berbagai macam bahan organik.
Pelumasan menggunakan
minyak sayur digunakan pada peralatan dengan kebutuhan pelumas yang rendah
seperti pelumas mesin dua langkah, pelumas gergaji otomatis, pelumas hidrolik,
grease, bahan bakar dll. Banyak dari minyak sayur yang tersedia tidak cocok
untuk pelumasan disebabkan tingginya tingkat asam lemak polyunsaturate yang
membuat tidak cocok digunakan pada temperatur tinggi. Dengan mengubah semua
asam lemak menjadi asam lemak monounsaturated, maka minyak sayur dapat
digunakan sebagai pelumas dengan titik api rendah. Berikut tabel hasil konversi
asam lemak tersebut terhadap minyak sayur:
BAB III
PENUTUP
Dengan meningkatnya
angka konsumsi minyak di Indonesia serta menurunnya produksi minyak, maka
menyebabkan Indonesia harus mengimport minyak kepada negara lain untuk memenui
kebutuhan minyaknya. Hal ini sungguh berbanding terbalik dengan peringkat 20
produsen minyak terbesar di dunia yang didapatkan Indonesia. Minyak yang
digunakan untuk pelumas dapat digantikan dengan minyak sayur yang dapat
menggantikan peran minyak bumi. Dengan adanya sumber daya terbaharukan, maka
diharapkan kedepannya produksi minyak di Indonesia dapat fokus pada sumber
energi terbaharukan tersebut demi memenuhi kebutuhan akan minyak di Indonesia.
Beberapa produk telah menerapkan sistem pelumas organik menggunakan minyak yang
berasal dari bahan nabati organik atau yang lebih dikenal dengan sintetik,
tetapi pelumas jenis ini sangatlah mahal dikarenakan prosesnya yang rumit.
DAFTAR PUSTAKA
Behran
Oil .Co. 2014. “Lubricant Classification”. Iran: Behran Oil .Co
Gawrilow,
Ilija. 2004. “Vegetable Oil Usage in Lubricants”. USA: AOCS Press
Gopakumar
P. 2012. “Lubricants: Composition and Properties”. India: Indian Institute of
Science.
NRL.
2013. “Non-Renewable and Renewable Energy Source”. Australia: NRL
Pwc.
2017. “Oil and Gas in Indonesia”.Indonesia: Pwc
Komentar
Posting Komentar